Monday 6 June 2011

Video Sebagai Media Layanan


Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, yakni metode mengajar dan media pembelajaran. Metode mengajar yang dipilih akan menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini sama dengan apa yang disampaikan Arsyad (2003:15) bahwa “Jenis media pembelajaran selain ditentukan oleh metode pengajaran juga dipengaruhi oleh tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dari siswa”.
Dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang saat ini kita telah dikenalkan dengan banyak tentang aplikasi-aplikasi media pembelajaran berbasis TIK, mulai dari penggunaan media internet (website), aplikasi belajar, kamus elektronik, media flash, film/video dan lain sebagainya hinga yang paling sering dijumpai yaitu power point. Berbicara tentang penggunaan TIK sebagai media layanan dalam bimbingan dan konseling tidak jauh beda dengan TIK sebagai media pembelajaran pada umumnya yaitu tentang bagaimana seorang tanaga pendidik dalam memanfaatkan media TIK sebagai fasilitas dalam pengoptimalan tujuan dan program pembelajaran yang ada. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Susanto (2008) bahwa “Dalam bimbingan dan konseling, teknologi informasi dan komunikasi merupakan  media dalam pelaksanaan program layanan bukan tujuan layanan, maka pemanfaatannya hanya sebagai media untuk melakukan pendekatan-pendekatan, pemberian informasi, promosi, konsultasi dan masih banyak lagi”. Setiap media layanan memiliki karakteristik, kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Lebih lanjut (Arsyad, 2003:9) mengungkapkan: media pembelajaran yang baik pada umumnya memiliki 3 ciri utama, yaitu bersifat fiksati, manipulatif dan distributif. Fiksatif ditandai dengan kemampuan media untuk menyimpan, melestarikan atau merekonstruksi suatu peristiwa. Ciri manipulatif ditandai dengan kemampuannya untuk mentransfer beragam peristiwa dalam konteks atau waktu yang beragam dalam satu alur yang menarik dan tidak bertele-tele. Ciri distributif ditandai dengan kemampuan media untuk menampilkan suatu hal atau peristiwa secara merata kepada siswa tanpa pengecualian dan dapat disajikan secara berulang-ulang tanpa kehilangan esensi dari hal yang hendak disampaikan.
Media Video atau Film menjadi salah satu dari media-media pembelajaran atau layanan yang memenuhi ke tiga ciri yang diperlukan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dibahas lebih lanjut tentang penggunaan media video/film sebagai media layanan bimbingan dan konseling.

A.  Pengertian Media Video/Film
Video adalah salah satu temuan terbesar manusia di abad 20. Dimulai dari ditemukannya fotografi yang menampilkan citra atau image diam yang identik dengan aslinya kemudian berkembang dengan menampilkan citra bergerak (motion picture). Perkembangan ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi yang kemudian mampu menggabungkan unsur gambar bergerak tadi dengan unsur suara. Lalu disebut sebagai video, yakni gabungan yang harmonis atau sinkron antara visual (gambar bergerak) dengan audio (suara)
Film atau gambar hidup sebenarnya adalah serangkaian gambar mati (gambar diam) yang diambil atau dipotret dengan menggunakan kecepatan tertentu, dan bila diproyeksikan dengan menggunakan proyektor film akan memberikan ilusi pandangan sehingga tampak bergerak (hidup) . Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat film; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat film. Selanjutnya Arsyad (2003:49) menjelaskan bahwa film merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.

B.  Karakteristik Media Video / Film Sebagai Media layanan
Sebagai sebuah media pembelajaran, video dan film mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media lain, menurut Ibrahim dkk (2000:109) media video atau film memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut :
1.      dapat menangkap, menyimpan, menyampaikan kembali suatu obyek atau kejadian seperti keadaan yang sebenarnya,
2.      dapat menampilkan kejadian dalam waktu singkat. Peristiwa yang sebenarnya bertahun-tahun dapat disajikan dalam waktu 2 jam,
3.      dapat memanipulasi (menggunakan teknik tertentu) seperti : ukuran, kecepatan gerakan, warna, animasi, dan sebagainya untuk kejelasan butir-butir tertentu,
4.      dapat menembus keterbatasan ruang dan waktu atau membawa dunia ke dalam kelas,
5.      dapat lebih menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar anak.

Selain itu, film merupakan salah satu media yang paling popular dan digemari karena sifat hiburannya serta memiliki kekuatan pada ceritanya, semakin baik ceritanya, semakin baik pula dalam menyampaikan pesan, sehingga sangat bagus bila digunakan untuk menyampaikan pesan.
Di samping memiliki kelebihan, media audio visual dalam hal ini film juga memiliki kekurangan sesuai yang dijelaskan oleh Arsyad (2002:50) diantaranya :
1.        Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan yang diucapkan selagi film diputar
2.        Jalan film terlalu cepat, tidak semua orang dapat mengikutinya dengan baik
3.        Apa yang sudah lewat tidak dapat diulang kalau ada bagian film yang harus mendapat perhatian kembali. Atau seluruh film diputar kembali.

C.  Penerapan Video / Film Sebagai Media Layanan
Penerapan media Video atau Film sebagai media dalam penyampaian layanan bimbingan dan konseling tidak dapat berjalan atau berdiri sendiri hal ini karena video atau film hanyalah sebagai media pelaksana layanan bukan metode atau tujuan dari layanan. Artinya, layanan bimbingan dan konseling yang menggunakan media video atau film masih memerlukan metode atau pendekatan layanan lainnya seperti diskusi, caramah, penugasan/latihan terbatas, dan lain sebagainya.





D.  Prosedur Pembuatan Video Sebagai Media Layanan
Saat ini banyak kita temukan media video layanan. Pembuatan media ini tidaklah terlalu sulit, yang penting ada kemauan dan semangat untuk berkarya. Hampir setiap orang dapat membuat media video layanan, yang membedakan yaitu kualitas dan kebermanfaatan dari hasilnya. Untuk membuat media video layanan secara umum tidak jauh berbeda dengan tahapan dalam pembuatan film pada umumnya yaitu melalu tiga tahapan antara lain : pra-produksi, produksi dan pasca produksi.
1.      Praproduksi
Tahap praproduksi melalui tahap yang panjang dan menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya. Tahap ini merupakan perencanaan dari kegiatan selanjutnya dan hasil yang akan dicapai. Tahap pra produksi yang secara umum dilakukan meliputi:
a.       Penentuan Ide cerita
b.      Penentuan Tema
c.       Riset lapangan
d.      Penyusunan Naskah
e.       Pengkajian Naskah
2.      Produksi
Produksi merupakan tahap dimana proses pembuatan video/film itu sendiri dibuat. Pada tahap inilah proses pengambilan gambar berlangsung. Hasil akhir dari kegiatan produksi yaitu sekumpulan gambar dan suara dari lapangan yang siap untuk diedit sesuai dengan naskah yang telah dibuat.
3.      Pascaproduksi
Tahap selanjutnya yaitu tahap pemilihan gambar dan suara yang terbaik. Gambar dan suara tersebut kemudian disambung-sambung. Pada tahap ini beberapa hal yang dilakukan meliputi:
a.       Editing (Penggabungan dan Pemilihan Gambar)
b.      Mixing (Pengisian Musik)
c.       Preview
d.      Ujicoba
e.       Revisi
E.  Menyusun naskah video pembelajaran
Naskah untuk film atau video lazimnya dikenal dengan istilah skenario. Skenario merupakan bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, yang dimaksudkan sebagai pedoman dalam pembuatan film atau video. naskah dapat diartikan sebagai jiwa dari sebuah video atau film oleh sebab itu seorang guru/ calon guru dituntun untuk cermat dalam pembuatan sebuah naskah video atau film pembelajaran. Secara umum pembuatan naskah pembelajaran akan meliputi serangkaian tahan antara lain :  (1) Penentuan ide cerita, (2) Sinopsis, (3) Treatment, dan (4) Skenario.
Santosa (2004 : 1) menjelaskan bahwa “beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pembuatan sebuah naskah video pembelajaran yaitu : menganalisis masalah atau kebutuhan, merumuskan kompetensi pembelajaran, dan menyusun garis besar isi program”.

1.      Menganalisis Masalah dan Kebutuhan.
Guru atau calon guru sebagai penulis naskah harus dapat memili denga tepat kebutuhan apa yang akan ditulisnya sebelum divisualisasikan dalam bentuk video. beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain : (1) identifikasi masalah, (2) analisis kebutuhan, (3) prioritas pemecahan masalah. Sebagai guru/calon guru maslah yang muncul tentunya dari balikan kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar atau assesment yang dilakukan.
2.      Merumuskan Kompetensi Pembelajaran.
Kompetensi pembelajaran yang akan divisualisasikan hendaknya berdasarkan untuk mengatasi maslah sesuai dengan standart kompetensi maupun kompetensi dasar. Dengan demikian media yang disiapkan harus memperhatikan : (1) kompetensi, (2) indikator keberhasilan siswa mencapai kompetensi, (3) sebagai pedoman dalam membatasi ruang lingkup penulisan naskah.
3.      Menyusun Garis Besar Isi Program
GBIP disusun berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan seperti diatas. Kemudian dikembangkan menjadi : apa tujuan program ini?, serta kemampuan atau pengalaman belajar apa yang diharapkan dari siswa untuk mencapai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum.

F.   Editing
Editing merupakan bagian dari proses pasca produksi yang menggabungkan, menyusun shot demi shot atau gambar demi gambar yang bertujuan untuk mengkaji cerita agar menjadi sebuah video atau film utuh sehingga dapat dinikmati.
Oleh sebab itu Santoso (2004 : 19) menyatakan bahwa “dalam editing perlu diperhatikan syarat sebagai berikut : (1) kesinambungan cerita, (2) kesinambungan gambar dan kesinambungan suara, (3) kesinambungan irama adegan, (4) hubungan shot yang satu dengan shot berikutnya, dengan memperhatikan  variasi frame dan komposisi jadi editor”.

Dalam proses editing seorang editor perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam editing. Darmanto dalam Santoso (2004:22) setidaknya menuliskan 10 prinsip yang harus diperhatikan dalam proses editing yang antara lain :
1.      Jangan menyambung gambar dengan cutting, dissoleve, panning atau tracking tanpa motivasi yang jelas.
2.      Jangan menyambung dua gambar dari format yang sama, misal dari MS ke MS, LS ke LS karena akan kelihatan jumping.
3.      Jangan menyambung dari angle yang ekstrim LS ke CU, lebih halus dijembatani dengan MS, atau zoom in.
4.      Jangan menyambung dua gambar yang sama tetapi diambil dari arah berlawanan (crossing the line)
5.      Walaupun esensi televisi, video dan film adalah close up namun ingat keseluruhan cerita tidak mungkin dengn CU semua, harus ada LS, MS, dan sebagainya.
6.      Jangan memotong shot saat bergerak panning  ataupun tilting. Sambunglah saat awal atau akhir gerakan. Juga jangan membuat cutting dari dua kamera yang bergerak ke statis atau sebaliknya. Kecuali gerakannya sama serta kecapatan yang sama pula.
7.      Jangan dissolve gambar dari dua kamera yang bergerak (panning). Atau dari kamera yang bergerak statis atau sebaliknya. Kecuali gerakannya sama atau ingin memberikan efek tertentu.
8.      Hindari fast dissolve. Cobalah 2-3 detik untuk waktu perpindahan.
9.      Bila membuat fade in usahakan jangan gambar dahulu yang muncul, karena akan “mati”, usahakan bersama atau audio dulu.
10.  Buatlah cut, dissolve dan lainnya sesuai irama suara, musik, dan komentar. Lakukan cut, fade out saat musik atau kalimat berakhir.


Editing dalam sebuah produksi yang merupakan sebuah proses akhir dapat menolong kelemahan yang dilakukan selama proses produksi. Namun, sebaliknya jika seorang editor tidak maksimal berkerjanya juga dapat menurunkan atau bahkan merusak isi dan tujuan dari video atau film tersebut. Oleh karena seorang guru/ calon guru saat berperan sebagai seorang editor harus sangat berhati-hati dan dengan cermat memperhatikan apa yang dilakukannya dan memastikan segala sesuatu sesuai dengan isi dan tujuan video yang telah ditentukan pada naskah di tahap pra produksi.




Daftra Pustaka
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ibrahim, H. dkk. 2000. Media Pembelajaran. (Bahan sajian program pendidikan akta mengajar Departemen pendidikan nasionalunivrsitas negeri malang fakultas ilmu pendidikan)._______
                                   
Santoso, Kuku. 2004. Materi Sajian Workshop Pengembangan Video Pembelajaran Bagi Mahasiswa Kependidikan UNNES. Semarang : PPMP UNNES

Susanto, Eko. 2008. Layanan Konseling Internet. Available at www.wikipedia.com {accessed 2008/05/08}.

No comments:

Post a Comment