Thursday 1 March 2012

SEKILAS KONSELING PADA PENDERITA EATING DISORDER

Gangguan makan atau eating disorder diakibatkan mereka yang terobsesi dengan berat badan dan bermaksud untuk mencapai citra tubuh yang ideal. Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan pola makan apabila ia terobsesi dengan pengaturan makanan dan berat badannya. Mereka melakukan hal-hal yang ekstrem untuk menjaga berat badannya. terdapat tiga gangguan pola makan, anorexia, bulimia nervosa, dan night eating syndrome. Walaupun belum diketahui secara pasti, terdapat berbagai teori yang menjelaskan penyebab gangguan ini.
Terjadinya kasus eating disorder seperti anoreksia nervosa ( AN ) dan bulimia nervosa (BN) meningkat sejak 2 dekade terakhir. Diperkirakan ada satu setiap 100 wanita usia 16 – 18 tahun , menderita anoreksia nervosa. Distribusinya merupakan distribusi bimodal, puncak pertama pada 14,5 tahun dan puncak yang lain pada 18 tahun; 25 % lebih muda dari 13 tahun (Wolfe & Mash, 2006 : 485). Data lain menyebutkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan mengalami gangguan ini dibandingkan para laki-laki. Hal ini karena dalam beberapa hal faktor berat badan cenderung menjadi problem yang besar bagi para perempuan dibandingkan para laki-laki.

A.      Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal ynag minimal, gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui bahwa ada masalah (Sheila L. Videbeck, 2008). Anoreksia Nervosa (AN) ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan stres dari melakukan latihan. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut.
Banyak penelitian yang beranggapan bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat psikologis daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia nervosa mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang (Sherwood & lauralee dalam Wolfe & Mash, 2006 : 488)
Terdapat  2 tipe anoreksia nervosa;
  1. Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka biasanya menyediakan makan sendiri
  2. Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia akan segera memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut atau memperlancar buangan kotoran.

Bebrapa gejala yang nampak bagi para penderita anoreksia nervosa biasa ditandai dengan :
  1. Hilangnya nafsu makan
  2. Sangat takut menjadi gemuk
  3. Selalu merasa gemuk meski tubuhnya terlihat kurus
  4. Sulit mempertahankan berat badan yang normal atau seimbang dengan tinggi badan ataupun kegiatannya
  5. Gejala menstruasi tidak teratur
  6. Meningkatnya rasio enzim hati ALT dan GGT
  7. Disfungsi hati akut (pada anorexia tingkat lanjut)

B.       Bulimia Nervosa
Bulimia berasal dari bahasa yunani yang berarti “lapar seperti sapi jantan”, Gangguan ini mencakup episode konsumsi sejumlah besar makanan secara cepat, diikuti dengan perilaku kompensatori, seperti muntah, puasa, atau olahraga berlebihan, untuk mencegah terjadinya berat badan bertambah.
Wolfe & Mash (2006:491) mendefinikan bahwa bumilia berawal dari makan makanan secara berlebih lebihan. Pada bulimia, makan berlebihan biasanya dilakukan secara diam-diam, dapat dipacu dengan stres dan berbagai emosi negatif yang ditimbulkannya, dan terus berlangsung hingga orang yang bersangkutan hingga orang yang bersangkutan merasa sangat kekenyangan.
Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak nyaman, dan takut bila berat badan bertambah memicu tahap kedua bulimia nervosa, pengurasan untuk menghilangkan efek asepan kalori kaena makan berlebihan. Paling sering klien memasukkan jari-jari mereka kedalam tenggorokan agar tersendak, namun setelah satu waktu banyak yang dapat muntah bila menghendakinya tanpa membuat diri mereka tersendak.
Ciri atau gejala yang ditampilkan pada penderita bulimia nervosa antara lain sebagai berikut :
  1. Terbiasa memakan banyak makanan kemudian memuntahkannya secara terus menerus
  2. Tidak bisa mengontrol porsi makanan
  3. Banyak makan dengan waktu yang singkat
  4. Selalu memuntahkan makanan yang masuk dengan cara memasukkan jari ke tenggorokan, meminum obat laksatif, diuretic, ataupun pil diet
  5. Selalu merasa bersalah yang teramat sangat setelah makan banyak, kemudian akan menebusnya dengan olahraga berat atau berpuasa dalam jangka waktu lama

C.      Night Eating Syndrome
Night Eating Syndrome (NES) adalah salah satu bentuk kelainan makan selain Anoreksia Nervosa atau Bulimia Nervosa yang telah kita kenal sebelumnya. NES perlu kita waspadai mengingat saat ini telah berkembang kebiasaan makan pada malam hari dalam jumlah lebih banyak sehingga memberi akibat cukup serius pada kondisi kesehatan kita pada masa yang akan datang.
NES adalah salah satu jenis kelainan pola makan yang ditemukan pertama kali oleh dr. Albert Stunkard, salah satu ahli di bidang kelainan pola makan. Penderita ini sangat tinggi asupan makanannya pada sore dan malam hari disertai kesulitan tidur. Yang penting harus diperhatikan pada keadaan ini adalah hampir semua mengalami obesitas dan relative sebagian besar mengalami berbagai penyakit yang berhubungan dengan masa lemak yang berlebih.
Karakteristik dari sindroma ini adalah tidak merasa lapar dan rendah keinginan makan sepanjang pagi dan siang hari, tetapi asupan makan cukup tinggi pada malam sampai dini hari. Bahkan mereka sering terbangun pada saat tidur malam untuk makan. Karakteristik lain pada sindrom ini antara lain disertai suasana hati yang kurang baik dan kesulitan tidur. Lebih jauh dijelaskan oleh () bahwa penderita ini memiliki hormon pengatur pola tidur yaitu melatonin yang lebih rendah dibanding individu yang normal, disertai dengan meningkatknya hormon kortisol yang berhubungan dengan keadaan stress. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penderita sindrom ini mempunyai 3 ciri yaitu kelainan pola makan, perubahan pola tidur dan gangguan mood.
Tidak seperti penderita bulimia atau anoreksia, penderita NES tidak memiliki kelainan perilaku sehingga orang sekitarnya tidak memandang ada sesuatu yang tidak normal. Makanan yang mereka konsumsi pada malam hari cenderung berupa makanan selingan/bukan makan utama dengan jumlah yang banyak sehingga kandungan kalori sangat tinggi.
Walaupun tidak ada perubahan perilaku seperti kelainan makan lain, perlu diperhatikan adalah risiko obesitas dan risiko penyakit yang berhubungan dengan obesitas seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, stroke dan masalah persendian. Obesitas juga meningkatkan risiko sleep apnoe yaitu kegagalan nafas pada saat tidur, hal ini akan semakin memperparah pola tidur klien. Walaupun sampai saat ini kelainan ini belum masuk dalam klasifikasi internasional tetapi para ahli sepakat untuk meneliti terus mengingat tren gejala ini di masyarakat terus meningkat sehingga diharapkan didapat penanganan yang tepat.

D.      Etiologi Eating Disorder
Dijelaskan Wolfe & Mash (2006:490) etiologi gangguan tetap tidak jelas. Terdapat komponen pisikologis yang jelas,dan diagnosis terutama didasarkan pada kriteria pisikologis dan prilaku. Namun demikian, manisfestasi fisik anoreksia dapat mengarah pada kemungkinan faktor-faktor organik pada etiologi.
 
  1. Biologis
Model biologis etiologi gangguan makan difokuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di hipotalamus, yang mengendalikan mekanisme neurokimia khusus untuk makan dan kenyang. Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun model biologis ini masih dalam tahap perkembangan.
  1. Perkembangan
Anoreksia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa penyebabnya berhubungan dengan antara perkembangan pada tahap kehidupan ini.
  1. Lingkungan
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami gangguan makan. Riwayat terdahulu klien mengalami gangguan makan sering dipersulit oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan lingkungan keluarga dengan konflik.
  1. Psikologis
Kebanyakan klien yang mengalami gangguan makan menunjukkan sekelompok gejala psikologis seperti rigiditas, ritual risme, kehati – hatian , perfectsionisme serta control infuse yang buruk.
  1. Sosiokultural
Pada budaya yang menerima atau mengahargai kemontokkan, jarang terjadi gangguan makan. Lingkungan sosiokultural pada remaja dan wanita muda terkadang sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian terhadap tubuh seseorang menjadi indikator untuk evaluasi diri.

E.       Konseling Kelainan Makanan
Dikatakan Wolfe & Mash (2006:493-498)  bahwa penanganan kelainan ini memerlukan kerjasama team seperti psikiatri, konselor dan juga dokter. Bentuk terapi yang biasa dilakukan dalam menangani masalah eating disorder cukup berfariasi salah satunya adalah pendekatan terapi perilaku kognitif (CBT-cognitive) dari fairburn merupakan strandar penanganan kasus eating disorder yang dirasa paling efektig saat ini. Dalam teori fairburn, klien didorong untuk mempertanyakan berbagai standar masyarakat terkait dengan daya tarik fisik. Para klien juga juga arus mengungkap dan kemudian mengubah keyakinan yang mendorong mereka melaparkan diri untuk mencegah bertambahnya berat badan.
Bentuk terapi lain, seperti terapi interpersonal (interpersonal therapy/IPT), juga terbukti efektif dalam penanganan bulimia. Terapi ini menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan kebisaaan dan sikap makan yang lebih sehat.
Selain itu adapula konseling gizi yang diberikan pada penderita yang belum pada level yang tinggi. Tujuan dari konseling gizi tidak semata-mata untuk mengubah waktu dan frekuensi makan saja tetapi memberi pemahaman dan motivasi bahwa asupan makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas. Pemenuhan kebutuhan yang tepat akan menjaga fungsi organ tubuh tetap baik dan menjaga keseimbangan hormon termasuk mengendalikan kadar hormon stres dalam batas normal, sehingga pemakaian sumber energi pun tetap normal. Semua itu akan menjaga stamina tetap baik dan kinerja optimal.
Untuk membangkitkan kesadaran klien dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tetapi usaha tersebut harus terus dilakukan secara bertahap sehingga yang bersangkutan dapat beradaptasi dan merasa nyaman dengan perubahan tersebut sampai sepenuhnya klien dapat mengontrol perilaku makan.

No comments:

Post a Comment